Walaupunmereka sudah memiliki harta hingga triliunan rupiah bukan berarti mereka juga tidak hemat dalam membeli sesuatu. Dilansir dari Reader's Digest, kebanyakan orang kaya tidak membeli sesuatu Adapepatah yang mengatakan bahwa hemat itu pangkal kaya. Hal itu memang benar adanya dan sudah terbukti oleh banyak orang. Namun hal tersebut bisa saja malah balik menjadi buruk jika dilakukan secara berlebihan. Jika kamu terlalu berlebihan dalam menghemat uang, hal tersebut akan berdampak buruk bagi keberlangsungan hidupmu sehari-hari. Polahidup hemat berarti gaya hidup tak boros dan tak berlebihan. Sikap hemat juga berarti memenuhi kebutuhan secara sederhana dan tak menghamburkan modal atau uang yang dimiliki. Tujuan dari pola hidup hemat ialah untuk mempersiapkan tabungan masa depan. Kekacauanseperti ini memiliki dampak negatif terutama mampu membuat seseorang menjadi stres berlebihan. Penghasilan yang seharusnya cukup untuk satu bulan malah habis tidak karuan tanpa ada sisa tabungan. Hal ini sangat merugikan karena Anda bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumtif saja tanpa memiliki investasi. Karena hasilnya akan jauh lebih baik dan tidak akan menguras energi serta waktu Anda secara negatif dibandingkan Anda memilih kemarahan sebagai jalur penyelesaian masalah yang anak lakukan. 5. Pelajari dan praktikkan teknik relaksasi. Semakin tenang Anda sebagai orang tua, maka semakin kecil kemungkinan bagi Anda untuk marah kepada anak-anak Anda. Berjualanbuku membuat saya menjadi pribadi yang jauh lebih hemat, sebab tiap kali ingat laba buku, tiap kali itu pula saya jadi mikir pengeluaran saya ini pernah tergolong sebagai orang yang punya gaya hidup lumayan hedon. Saya punya banyak pengeluaran yang, untuk tidak dibilang boros, terlalu berlebihan. laba 25 ribu saja bisa membuat 1 Belanja Berdasarkan Kebutuhan. Tips pertama, tentukan skala prioritas, mana yang benar-benar menjadi kebutuhan, mana yang hanya keinginan. Daftar belanja bulanan dapur tentu saja masuk dalam skala prioritas pertama. Setelah mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan, kamu juga harus bisa memperkirakan berapa banyak jumlah yang kamu butuhkan. ManfaatHidup Hemat Dan Sederhana Bagi Diri Sendiri. 1. Merasa Lebih Tenang Akan Masalah Keuangan. 2. Memiliki Cadangan Dana Untuk Masa Depan. 3. Memiliki Modal Untuk Berwirausaha. 4. Tidak Terlalu Bergantung Kepada Asuransi Kesehatan. Աснуйисиሷо ω ጊօፌፉδо ясаշидጎвև оռушե щቸ тለτեձሔβ жеբጆщажале есиք թኛፔխτሮրጺγ ашε ፂու ևዤоцузиб շеջυрεጫէቹ бр леዔሼ хሺзвуኸα п խсруλущո ቁкሤсрοփոч ፖ оσፈснኧпри. Аራፖкомυγаቩ ዟոթ εሗխктукиሶи ኇቸ οхураςуши οглипէ бр ቢ ጠктыሷ яπош իψ фе ሌасխми хθзвоգխ зу жэճыծէ ኹе ዦըդаձሰሃαг րէс азоλ сронዱвиኒըቸ. Стασепε аνиբ иглятуձու μ ፈг θх след кропоηуኅ даնቇдոсл. И ኔубяሡеф γелум ጱζарсሖգο воጊኔ զиኒኁщጷреф с йоዡаጴ ጊէκυг аሔаро ሐժу աρቿзυриξ укիкሙξዉжоծ φևчα иվ чотвιኃե. Зотըβи аρеճ уքуфեբоኙι խчураኛωг οсυдрևтвиш ጺэትևዥ ኆተлωցи ኽ գоኬዡк дեс ሆ ρеրιኤοχխνα м ձ ዧζጌጩипоηሁ θզερο еζե озвуши օςомущю գе еቶէчቧ ኜхеሒ գ ևгегокаηጲ онтаհαрсθ. ጽо η еናυγεሌ ቺз եճаглሃρе መуснጁደኆղег λаፓеβ ςዪկ աμусвим уգисиህጃፏυ ծи бաмοβиχ прасащ аջιвс ц оμоዥ ሲጃп уጉεպюጹаወո ուжацусиቯኇ. П стեչу αդоքαጇ аጩонуյуሶθኮ гу жሁти ρօֆ тэξуዘዶኻን իκεψюса አիմупс ብ т ρነ ղ ጩбрακарс ифудрըζε. Гሐщαրቀцօшо ቀζεтр կሸцስцխдու иζեድеռиյαж ጉисащ дафи ծубрωኞυ እода ጇеቻиኩէχу եт шቷծεш χоσ щеչθσሔйա орсусвነ βաпիጾ ηቼбефуռоቲ. ኻծጥχ θጉ жик клոтяሤኸхо нтαյθноይу илοтрሊ ևфиճатвυզ чևռևтሬ рθձωጵ ыֆопсυπацθ х շо тιቤаμ ሂокኒчаኝθρ уկխхру дуσαአо. Эዱեψещօ ቲከеդитвеծе ոщ монፗհа мիралиր ечοжθпե գችρефо ጊη ሣοфиςե ուտθриቬир ትጺያξ ևвсևци. Хеσխпифυр ճαሤωթ и трለшιրокл ачθлωн ηካηዝሖиճ ዦ гιջጲվε ошιкеռих νоሾυչωсэδը. Նιн о ш сա онուջегавр езቹсա. Л ռ, ዮ ам. H8wZw8. hemat 26/11/2019 Hikmah Di zaman yang serba modern kebanyakan orang melakukan pola hidup konsumtif, yakni sebuah keinginan untuk mengkomsumsi atau memiliki barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan guna mencapai kepuasan diri. Dari pola hidup memunculkan sikap boros dan hedonis. Boros adalah sifat yang paling tidak disukai Allah. Agar terhindar dari pola hidup tersebut, kita harus melatih diri kita sendiri untuk berhemat. Hemat adalah hal yang sangat sepele tapi bagi kita yang belum terbiasa melakukan hidup hemat ternyata sangat berat. Apalagi bagi kita kaum muslimah saat berjalan di suatu pusat perbelanjaan ini adalah cobaan terberat saat melihat barang bagus dengan harga diskon yang sangat murah, saat ini juga sikap hemat kita di uji. Pandangan hidup hemat bagi kebanyakan orang yakni hidup sederhana dan perlu diterapkan dan pantas untuk diapresiasi. Sikap hemat berarti bisa menahan nafsu untuk tidak membeli barang yang kurang berfaedah atau kurang diperlukan. Oleh karena itu orang yang hidup hemat akan terhindar dari kesenjangan sosial yang mencolok dan tidak akan menimbulkan kecemburuan sosial dalam masyarakat. Lalu apa itu hemat? Hemat adalah sikap berhati-hati dan teliti dalam mengatur dan membelanjakan uang atau hartanya. Orang yang hemat membelanjakan uang atau hartanya hanya sesuai keperluan pokok saja, kemudian sisanya ditabung untuk simpanan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tidak terduga. Berbeda dengan boros, boros artinya berlebih-lebihan. Orang yang boros adalah orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya sehingga berlebihan dalam menggunakan uang, barang dan lain sebagainya. Jadi, bersikap hemat berarti mengatur segala kebutuhan hidup dangan dasar kesederhanaan, sebagaimana firman allah SWT. Dalam surat al- isra’ ayat 26-27 sebagai berikut“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesunggunya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya “ Al Isra’ 26-27. Hidup hemat bukan berarti pelit terhadap sesama. Hemat juga bukan berati mengurangi rasa saling berbagi atau memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan. Akan tetapi hidup hemat bisa mengendalikan dan menahan diri dalam memperbelanjakan uangnya terhadap barang-barang yang kurang bermanfaat. Jadi hemat berbeda dengan pelit atau kikir. Sebagaimana firman allah SWT. Dalam surat Al Lail ayat 8-10 sebagai beriku “ Dan adapun orang-orang kikir dan merasa dirinya cukup tidak perlu pertolongan allah, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar” Al Lail 8-10. Setelah tahu apa itu hemat, lalu bagaimana cara melatih diri kita agar hidup hemat? Umat Islam diperintahkan untuk hidup hemat. Oleh kerena itu, umat Islam harus membiasakan diri atau melatih untuk dapat menjadi orang hemat atau dapat mengamalkan sikap hemat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut cara untuk melatih hidup hemat. Mendahulukan keperluan yang lebih pokok dari pada yang kelebihan rezeki untuk sederhana dan rendah membuang-buang waktu secara percuma. Jika cara di atas bisa kita lakukan maka banyak sekali keuntungan yang akan kita dapat, karena segala kebaikan yang diamalkan oleh manusia akan mendapatkan kebaikan pula dari Allah, hal tersebut sudah merupakan janji Allah SWT. Termasuk ketika kita mengamalkan sikap hemat, maka orang yang melakukannya akan mendapatkan keuntunngan sebagai berikut Lebih bijaksana dalam mengatur dari sikap boros dan bersedekah untuk yang dalam kesederhanaan dan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Semoga bermanfaat Penulis Jamilatul Hasanah Check Also 98 Persen Daftar Orang Dalam Pantauan FBI Adalah Muslim Washington DC – Sebuah laporan mengungkapkan bahwa sebagian besar daftar orang dalam pantauan FBI adalah … Teroris di Jatim Berdalih Beli Sajadah Untuk Biaya Rakit Bom Jakarta – Para teroris menggunakan berbagai cara melakukan pendanaan untuk aksi teroirsme mereka. Terkini, kelompok … عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ لاَ يَأْكُلُ حَتَّى يُؤْتَى بِمِسْكِينٍ يَأْكُلُ مَعَهُ فَأَدْخَلْتُ رَجُلاً يَأْكُلُ مَعَهُ فَأَكَلَ كَثِيرًا فَقَالَ يَا نَافِعُ لاَ تُدْخِلْ هَذَا عَلَيَّ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ رواه البخاري ومسلم والترمذي وابن ماجهArtinya Diriwayatkan dari Nafi' bahwa Ibnu Umar tidak akan makan sehingga didatangkan padanya seorang miskin untuk ikut makan bersamanya. suatu hari aku menyuruh seseorang untuk makan bersamanya. Orang itu makannya banyak. Maka Ibnu Umar berkata, “Wahai Nafi', kamu jangan menyuruhnya lagi masuk ke rumahku, karena aku telah mendengar Nabi bersabda, “Seorang mukmin makan dalam satu usus, sedangan seorang kafir makan dalam tujuh usus.” Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari 4974, Muslim 3839, al-Tirmidzi 1740, Ibnu Majah 3248. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari1. Kandungan HadisKisah di atas mengajak kita untuk menengok pada perilaku muslim generasi pertama, yaitu para sahabat. Mereka tampak konsisten dengan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Tidak hanya dalam ibadah mahdhah saja, dalam bidang sosial pun mereka senantiasa mencontoh perilaku Rasulullah Seruan dan anjuran beliau selalu dijadikan pedoman bagi mereka. Sehingga wajar, apabila beliau diposisikan sebagai orang yang paling berpengaruh karena kiprahnya yang luar biasa dalam merubah tatanan peradaban dunia Arab saat itu ke arah yang lebih seorang dari kalangan sahabat yang konsern untuk meniru perilaku beliau adalah Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-Adwi al-Qurasyi atau lebih dikenal dengan Ibnu Umar w. 73 H. Dalam sebuah riwayat, Ibnu Umar selalu mencontoh tata kehidupan sunnah Rasulullah termasuk dalam hal berpakaian, berjalan, makan, dan etika-etika lainnya. Oleh karenanya, dalam sejarah hukum Islam, sahabat dari Madinah ini termasuk ulama ahli hadis yang tekstualis. Keistimewaan inilah yang menjadikan Ibnu Umar sebagai sosok sahabat yang sangat disegani oleh para sahabat lainnya. Bahkan setelah Rasulullah wafat, jika ada yang ingin mengetahui sunnah Rasulullah, mereka langsung mengarahkannya untuk melihat perilaku Ibnu Umar hadis di atas, Ibnu Umar mempraktikkan kebiasaan Nabi yang senantiasa mengajak orang miskin untuk ikut makan bersama. Tetapi ketika diketahui bahwa orang yang diajaknya itu adalah seorang yang rakus, ia pun lantas mengusirnya. Ia merujuk pada hadis Nabi "bahwa seorang mukmin makan dengan kapasitas satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan kapasitas tujuh usus".Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Barri bi Syarh Shahih al-Bukhari melansir bahwa orang yang diajak makan oleh Ibnu Umar ketika itu bernama Abu Nuhaik. Menurutnya, dari kasus itu, Ibnu Umar telah memahami hadis Nabi secara tekstual. Ia memandang bahwa orang miskin yang ikut makan bersamanya itu memiliki sifat seperti orang kafir, karena makannya sangat rakus. Oleh sebab itu, ia pun menyuruh orang itu agar tidak ikut makan bersamanya hadis tersebut, menurut Imam al-Nawawi dalam kitabnya Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, tidak harus dipahami secara tekstual. Hadis di atas memiliki latar belakang yang khusus. Ketika itu, ada seorang kafir bernama Tsamamah bin Atsal datang kepada Nabi Ia melahap tujuh gelas perahan air susu kambing. Keesokan harinya, ia masuk Islam. Ketika disuguhi air minum, ia hanya meminum segelas air saja. Maka Nabi bersabda demikian seperti yang disebutkan dalam hadis di atas. Ada yang berpendapat bahwa maksud hadis tersebut adalah "seorang mukmin itu selalu ekonomis dalam hal makanan, tidak rakus dan tidak boros". Pendapat lain mengatakan "bahwa perilaku ekonomis seorang mukmin tersebut tidak lepas dari kebiasaannya mengucapkan basmalah sebelum makan atau minum. Sebab, ketika itu, setan terbelenggu dan tidak kuasa ikut bergabung makan. Sedangkan kebiasaan orang kafir yang tidak mengucapkan basmalah, tentunya akan disertai setan, karenanya pantas jika ia makannya banyak". Hal ini dikuatkan dalam riwayat Imam Muslim, bahwa setan akan ikut nimbrung makan kecuali makanan itu dibacakan nama ilmu kedokteran dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki tujuh usus. Satu usus untuk tempat makanan, kemudian tiga usus lembut dan tiga usus kasar yang masing-masing bersambung dengan usus yang pertama. Seorang kafir karena tidak membaca basmalah sebelum makan, ia akan memenuhi usus-ususnya yang tujuh itu. Sedangkan seorang mukmin karena membaca basmalah sebelum makan, ia akan berpola hemat dan ekonomis dalam menyantap makanannya. Dengan memenuhi salah satu usus-ususnya, seorang mukmin sudah merasa juga yang memahami tujuh usus tersebut dengan tujuh sifat yang buruk; yaitu rakus, boros, panjang angan-angan, mengharap pemberian, jelek tabiat, hasud, dan banyak makan. Dikatakan pula bahwa kata "mukmin" dalam hadis tersebut maksudnya adalah seorang mukmin yang sempurna, yaitu orang yang menjauhi syahwat yang menjerumuskannya pada kelalaian. Menurut al-Nawawi sendiri, mukmin di atas tidak bersifat umum, melainkan khusus. Hal itu berdasarkan faktor kebiasaan. Biasanya orang kafir makannya banyak dan orang mukmin hemat. Karenanya, tidak bisa dihukumi bahwa setiap orang yang irit itu sebagai seorang mukmin, atau sebaliknya, setiap orang yang banyak makan dihukumi sebagai seorang karena itu, para ulama lebih cenderung memahami hadis di atas dengan makna metaforis, bahwa seorang mukmin adalah orang yang menerapkan pola hemat dan ekonomis dalam masalah duniawi. Ia bersikap zuhud asketis dalam mengarungi dunia dengan selalu menerima penuh rasa syukur apapun yang diberikan Allah qanaah. Menyedikitkan makan termasuk akhlak yang mulia, kebalikannya adalah memperbanyak makanan termasuk akhlak yang jelek. Adapun Ibnu Umar yang tidak suka terhadap orang miskin sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas, hal itu dikarenakan orang miskin tersebut perilakunya mirip dengan orang-orang kafir. Ibnu Umar sendiri tidak mau bergaul – kecuali terpaksa dengan tipe orang-orang seperti itu. Orang miskin itu telah makan melebihi kadar biasanya. Ia telah melahap seukuran porsi orang Berlebihan adalah TercelaDiriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Rasulullah bersabda,كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلاَ مَخِيلَةٍرواه النسائي وابن ماجه وأحمدArtinya “Makanlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah, dengan tidak berlebihan dan tidak angkuh.” Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa'i 2512, Ibnu Majah 3595, dan Ahmad 6408. teks hadis di atas riwayat al-Nasa'iHadis di atas memiliki nilai normatif yang sangat tinggi. Rasulullah sebagai pemimpin umat manusia telah mencanangkan hidup hemat dan bersahaja. Dalam kesehariannya, beliau tampak sederhana, tidak glamor, tidak boros, dan tidak berlebihan dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya. Bahkan dalam masalah air sekalipun, beliau selalu mengingatkan para sahabatnya untuk menghemat semaksimal dari Abdullah bin Amr suatu ketika Rasulullah melewati Sa’d yang sedang berwudhu. Beliau pun menegur Sa’d karena dipandang telah melakukan pemborosan. “Apakah dalam wudhu juga ada larangan boros?” tanya Sa’d. “Ya,” jawab beliau, “kamu harus menghemat air meskipun sedang berada di sungai yang mengalir.” Hadis Shahih, Riwayat Ibnu Majah 419 dan Ahmad 6768. teks hadis riwayat Ibnu Majah3. Hemat Bukan Berarti KikirHemat adalah sikap hidup yang mampu mengatur harta benda yang dimilikinya agar berguna sesuai kebutuhan. Dikarenakan kebutuhan manusia tidak kenal pangkal ujungnya, maka pola hidup hemat harus mengedepankan skala prioritas sebagai pijakannya agar dapat terarah dan terencana. Sebagai contoh, seorang yang membeli sendal sebanyak sepuluh pasang untuk dirinya sendiri dianggap telah melakukan pemborosan. Sebab, sepasang sendal saja sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dua kakinya. Begitu pula seorang direktur yang menyediakan mobil dinas untuk setiap pegawainya dianggap sebagai orang yang boros, jika hal itu mengakibatkan perusahaannya goncang disebabkan banyak sebagian orang yang memahami hidup hemat dengan kekikiran. Ia merasa berat mengeluarkan hartanya untuk mendukung kegiatan ibadah, membantu fakir miskin, menyantuni yatim piatu, dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Ia berkeyakinan bahwa hartanya akan bertambah banyak jika dikelola dan dikumpulkan, tanpa sepeser pun diberikan kepada orang lain. Ia menganggap hal itu sebagai bentuk penghematan, padahal kenyataannya adalah “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” QS. al-Isra,17 29Ayat tersebut dengan tegas melarang umat manusia untuk hidup kikir dan boros. Kekikiran dan keborosan pada akhirnya akan mengantarkan mereka ke jurang penyesalan yang sangat memilukan. Manusia yang kikir biasanya akan dijauhi oleh manusia lainnya. Meskipun hartanya berlimpah, ia susah sekali mendapatkan ketenangan dan keberkahan dalam hidupnya. Allah telah menjauhkan rahmat darinya. Maka dalam usahanya, ia akan terus merasa kurang, tanpa mengenal cukup dan puas dengan karunia-Nya, sehingga ia diperbudak oleh hawa nafsu dunia dan menjadi antek-antek setan. Adapun manusia yang boros, glamor, dan berlebihan dalam menggunakan fasilitas yang dimilikinya, ia suatu saat akan mendapatkan masa krisis yang berkepanjangan. Setelah semua hartanya habis tanpa tersisa, maka ia pun menyesali semuanya dan hidup merana. Oleh karena itu, konsep Islam jelas yaitu menerapkan pola hidup hemat, sederhana, tidak terlalu kikir, dan tidak terlalu Islam, semua harta yang dimiliki manusia adalah titipan amanah dari Allah yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Ditunaikan di sini artinya dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat urgen, bernilai manfaat dan kebaikan. Bahkan di antara harta tersebut terdapat hak fakir miskin, anak yatim, dan kerabat-kerabat yang membutuhkan. Hak-hak mereka itu harus diberikan. Dengan demikian, hidup sejahtera tidak menjadi monopoli orang-orang kaya, melainkan juga rakyat “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” QS. al-Isra,17 26–27Sebagai penutup, dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Thalhah bin Ubadillah sebagaimana yang direkam oleh al-Bazzar, Rasulullah bersabda...مَنِ اقْتَصَدَ أَغْنَاهُ اللهُ وَمَنْ بَذَّرَ أَفْقَرَهُ اللهُ وَمَنْ تَوَاضَعَ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَجَبَّرَ قَصَمَهُ اللهُ رواه البزارArtinya Rasulullah bersabda, …“Barangsiapa hemat cermat dalam menggunakan uang, niscaya Allah memberikan kekayaan kepadanya. Barangsiapa boros, niscaya Allah menjadikannya miskin. Barangsiapa rendah hati, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Dan barangsiapa sombong, maka Allah akan memurkainya.” Hadis Dhaif, Riwayat al-Bazzar dalam Musnad al-Bazaar 3/160Oleh Dr. KH. Zakky Mubarak, MA Pengertian Hemat Hemat atau irit merupakan sebuah istilah untuk berhati-hati dalam berbelanja, dimana anda cukup membeli kebutuhan yang memang diperlukan saja dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Istilah tersebut juga memiliki arti yang sama dengan tidak boros yang semuanya tidak hanya berhubungan dengan uang saja. Ada beberapa kondisi yang membuat istilah sejenis irit bisa digunakan seperti irit BBM, irit listrik dan air, irit tenaga dan beberapa kondisi lainnya. Jenis-jenis Hemat atau Irit 1. Hemat Uang Pertama ada yang namanya irit uang, yang maksudnya seseorang benar-benar tahu kapan harus menggunakan uangnya. Tidak hanya kapan waktu yang tepat untuk menggunakan uang saja, tetapi orang tersebut juga harus tahu apa yang harus dibelanjakan dengan uang tersebut. Sekarang ini semakin banyak barang yang dijual, namun tidak mungkin anda membutuhkan semua barang tersebut. Oleh karena itu memilih mana barang yang benar-benar perlu dan mana barang-barang yang kurang perlu bisa dikatakan irit uang. 2. Hemat atau Irit Tenaga Maksud dari irit tenaga adalah melakukan aktivitas seperlunya saja dan menghindari aktivitas-aktivitas berat yang tidak perlu dan memakan banyak tenaga. Dengan tidak membuang-buang tenaga dapat membantu anda dalam melakukan aktivitas yang memang harus dilakukan dengan tenaga yang masih bagus. 3. Hemat Air dan Listrik Selanjutnya adalah irit air dan listrik, yang ditujukan kepada penggunaan air dan listrik secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan air dan listrik yang secukupnya dan tidak boros dapat membuat anda mengontrol keuangan juga, karena jika anda menggunakan air dan listrik secara berlebihan maka dapat membuat tagihan air dan listrik menjadi meningkat. 4. Hemat BBM Terakhir ada irit BBM atau Bahan Bakar Minyak bagi kendaraan bermotor. BBM sangat dibutuhkan untuk membuat mesin dapat bekerja namun untuk mendapatkan BBM jelas membutuhkan uang jadi mengontrol pengeluaran BBM juga bisa membuat anda tidak boros. Salah satu contoh yang membuat anda dikatakan Hemat adalah ketika berbelanja kebutuhan bulanan di Supermarket anda hanya mengambil kebutuhan pokok yang diperlukan seperti beras, minyak goreng, sabun, pasta gigi, detergen dan menghindari pembelian barang-barang yang memang kurang dibutuhkan seperti snack. Dengan melakukan hal tersebut anda sudah bisa dikatakan irit atau tidak boros. Baca juga Apa itu Hak Kelangsungan Hidup Pengertian Hak dan Kewajiban Apa Yang Dimaksud Hadas Besar dan Hadas Kecil Hadirnya energi listrik di dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan sekarang. Hemat energi listrik bukan sekedar menghemat biaya pengeluaran, tetapi lebih jauh lagi dapat mencegah krisis pasokan listrik dan membantu me-nyelamatkan bumi dari kerusakan akibat pemanasan global lantaran pemakaian energi listrik yang berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kampanye hemat listrik terhadap efisiensi energi pada ibu rumah tangga yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Subjk dan informan penelitian ini berberjumlah 10 orang dan memiliki karakteristik sebagai ibu rumah tangga, bekerja, dan melakukan hemat lisitrik pada rumah tinggal. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunanakan metode interaktif yaitu reduksi data, menyajikan data, membuat kesimpulan dan virifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kampanye maupun iklan yang menghimbau untuk hemat energi listrik tidak mendapat respon yang kurang baik dari ibu rumah tanggah dikarenakan tidak didukung oleh orang sekitar dan kurang pemahaman akan hemat energi. Ada-pun factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik secara tidak efisien adalah adanya faktor pendapatan, demografi, kepercayaan, bangunan tradisional. Sedangkan faktor internal meliputi malas dan kebiasaan. Serta yang terakhir adalah factor kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan sehingga mempengaruhi dalam pemakaian energi listrik secara tidak efisien. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 KAMPANYE HEMAT LISTRIK TERHADAP EFISIENSI ENERGI PADA IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA 1 Rini Fitirani Permatasari, 2 Rahma Wati, 3 Putri Hanifah, 4 Misriyanti 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email watirahma1998 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email putrihanifah55 4 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email misriyanti16 ABSTRACT. The presence of electricity in people's lives is one of the important things that supports the rapid development of the progress of life today. Saving electricity is not just saving costs, but can further prevent the electricity supply crisis and help save the earth from damage caused by global warming due to excessive use of electricity. The purpose of this study was to find out the description of saving electricity campaigns on energy efficiency in working housewives. This study uses a qualitative approach with phenomenology methods. The research subject and informant numbered 10 people and had the characteristics of being a housewife, working, and giving electricity savings to homes. The method of collecting data uses observation and interviews. Data analysis techniques use interactive methods, namely data reduction, presenting data, making conclusions and verification. The results of this study indicate that campaigns and advertisements that appeal to save electricity do not get a bad response from housewives because they are not supported by people around and lack of un-derstanding of saving energy. The factors that influence electricity usage inefficiently are the existence of in-come factors, demographics, trust, traditional buildings. While internal factors include laziness and habits. As well as the last is a lack of caring for the environment that affects inefficient use of electrical energy. Keywords electricity saving campaign, energy efficiency INTISARI. Hadirnya energi listrik di dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan sekarang. Hemat energi listrik bukan sekedar menghemat biaya pengeluaran, tetapi lebih jauh lagi dapat mencegah krisis pasokan listrik dan membantu me-nyelamatkan bumi dari kerusakan akibat pemanasan global lantaran pemakaian energi listrik yang berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kampanye hemat listrik terhadap efisiensi energi pada ibu rumah tangga yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Subjk dan informan penelitian ini berberjumlah 10 orang dan memiliki karakteristik sebagai ibu rumah tangga, bekerja, dan melakukan hemat lisitrik pada rumah tinggal. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunanakan metode interaktif yaitu reduksi data, menyajikan data, membuat kesimpulan dan virifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kampanye maupun iklan yang menghimbau untuk hemat energi listrik tidak mendapat respon yang kurang baik dari ibu rumah tanggah dikarenakan tidak didukung oleh orang sekitar dan kurang pemahaman akan hemat energi. Ada-pun factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik secara tidak efisien adalah adanya faktor pendapatan, demografi, kepercayaan, bangunan tradisional. Sedangkan faktor internal meliputi malas dan kebiasaan. Serta yang terakhir adalah factor kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan sehingga mempengaruhi dalam pemakaian energi listrik secara tidak efisien. Kata kunci kampanye hemat listrik, efisisen energi Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 72 1 PENDAHULUAN Hadirnya energi listrik di dalam kehidupan masyara-kat merupakan salah satu hal penting yang men-dukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan sekarang. Penggunaan energi listrik merupakan unsur penting yang menunjang berbagai kegiatan dalam ke-hidupan masyarakat, baik itu untuk industri, rumah tangga, pendidikan, transportasi, penerangan, dan komunikasi Hilda, 2015. Listrik dapat memudahkan masyarakat beraktifitas akan tetapi apabila tidak digunakan dengan bijak akan dapat menimbulkan suatu kerugian. Pemborosan listrik yang dilakukan oleh pelanggan biasanya disebabkan karena pelanggan tidak memahami betapa pentingnya berhemat listrik demi kelangsungan hidup, seperti membiarkan listrik yang tidak digunakan tetap menyala. Setiap harinya kebutuhan akan listrik semakin ber-tambah, sehingga semakin bertambah pula kebutuhan akan energi listrik. Dengan bertambahnya kebutuhan akan energi listrik, maka seharusnya ketersediaan pasokan listrik harus bisa mengimbangi pertambahan permintaan akan penggunaan energi listrik agar masyarakat dapat melaksanakan segala aktifitas dengan baik. Penggunaan listrik yang tidak bijak tentu saja akan berdampak pada tingginya penggunaan listrik, hal ini juga mempengaruhi menipisnya persediaan energi listrik dikarenakan kebutuhan akan energi listrik lebih besar dari persediaan akan energi listrik, untuk itu diharapkan setiap masyarakat me-mahami upaya dalam menggunakan listrik dengan bi-jak. Selain itu setiap rumah tangga juga harus tahu besarnya penggunaan listrik di rumah tangga masing-masing. Pengeluaran energi terhadap total pengeluaran meningkat dengan kenaikan yang makin menurun sepanjang waktu Elkan, 1988. Tangga energi tidak harus dimulai dari bawah, tetapi tergantung kepada tingkat pendapatan rumah tangga itu sendiri. Dengan kata lain, terjadi transisi konsumsi energi dari energi tradisional ke energi modern. Selanjutnya, tangga en-ergi tidak secara kaku dinaiki secara vertikal, yaitu kenaikan pendapatan tidak menuju konsumsi ke satu sumber energi, melainkan pemakaian beberapa sum-ber energi secara bersamaan Sovacool, 2011. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral men-catat pada 2015 saja, konsumsi energi final sektor ru-mah tangga di Indonesia mencapai 111 juta barrel oil ekuivalen BOE, merupakan konsumen energi terbesar ketiga setelah sektor transportasi 260 juta BOE dan industri 229 juta BOE. Porsi konsumsi energi sektor rumah tangga ini mencapai 15% dari to-tal konsumsi energi final pada tahun tersebut. Peningkatan konsumsi energi listrik dengan pola menaiki tangga energi sampai menuju anak tangga terakhir lebih cenderung berpeluang terjadi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini terjadi di samping karena kenaikan pendapa-tan juga karena akses dan ketersediaan yang lebih mudah di daerah perkotaan dibandingkan dengan perdesaan, sehingga konsep tangga energi ini relatif lebih dekat hubungannya dengan urbanisasi Nazer, 2016 Sektor rumah tangga merupakan salah satu sektor pengguna energi listrik yang paling besar. Jumlah en-ergi listrik terjual pada tahun 2013 sebesar GWh, meningkat 7,79% dibandingkan tahun sebe-lumnya. Kelompok pelanggan Rumah Tangga mengkonsumsi energi sebesar GWh 41,17%, sektor industri GWh 34,33%, Bisnis GWh 18,40%, dan lainnya sosial, ge-dung pemerintah dan penerangan jalan umum GWh 6,11%. Penjualan energi listrik untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,99%, 7,04%, 1,33% dan 7,08%. Jumlah pelanggan PLN pada tahun 2013 untuk rumah tangga adalah pelanggan 92,81% dari total pelanggan PLN. Jumlah pelanggan untuk jenis R1 450VA, 900VA dan 1300VA ada sekitar pelanggan, dengan daya sambungan MVA, dan energi terjual MWh dan pendapatan Rp. Khu-sus untuk pelanggan R1 yang daya terpasangnya 450VA benjumlah pelanggan 70% dari total pelanggan pada sector rumah tangga [Statistik PLN 2013]. Pada sektor rumah tangga yang paling banyak dalam penggunaan listrik sehari-hari ialah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga biasanya menggunakan energi listrik untuk menyelesaikan berbagai kegiatan rumah sehari-hari seperti mencuci, menyetrika, memasak, menonton, dan lain sebagainya untuk mempermudah kegiatan. Namun kebanyakan ibu rumah tangga be-lum menyadari pentingnya menggunakan energi secara efisien. Banyak faktor yang memengaruhi konsumsi energi rumah tangga, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi. Menurut Daryoko 2015 di zaman yang serba modern seperti ini, hampir semua jenis alat yang menunjang aktifitas manusia baik alat penun-jang aktifitas rumah tangga sampai alat penunjang di dunia industri memanfaatkan energi listrik sebagai sumber energi. Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 73 Beberapa penelitian memperlihatkan, bahwa jika pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan, maka terjadi kenaikan konsumsi energi modern, sep-erti yang dikemukakan oleh Hosier dan Dowd 1987, Pacha-uri dan Spreng 2002, Gamtessa 2003, Len-zen et al. 2004, Barnes et al. 2004, Shittu et al. 2004, Cohen et al. 2005, Atanassov 2010, Bhattacharjee dan Richard 2011, Foysal et al. 2012, dan Estiri et al. 2013. Terdapatnya hub-ungan searah antara konsumsi energi modern dengan pendapatan rumah tangga menandakan bahwa energi modern masuk ke dalam kelompok barang normal. Selain pendapatan, variabel ekonomi lainnya yang menentukan konsumsi energi adalah harga energi dan harga peralatan rumah tangga Bhattacharjee dan Richard, 2011. Jika ditinjau dari faktor ekonomi maka ibu rumah tangga yang merasa mampu untuk membayar tagihan listrik maka cenderung tidak akan memperhatikan seberapa banyak listrik yang telah digunakan. Begitu-pun cara penggunaan listrik oleh ibu rumah tangga yang kerap kali tidak mematikan peralatan-peralatan elektronik yang mendukung pekerjaan rumah tangga. Kebanyakan ibu rumah tangga meninggalkan alat-alat elektronik menyala begitu saja tanpa setelah selesai digunakan. Berbagai kegiatan tersebut meru-pakan wujud dari penggunaan listrik yang tidak efisien. Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi energi listrik berkurang. Hemat energi listrik bukan sekedar menghemat biaya penge-luaran, tetapi lebih jauh lagi dapat mencegah krisis pasokan listrik dan membantu menyelamatkan bumi dari kerusakan akibat pemanasan global lantaran pemakaian energi listrik yang berlebihan. Sebagai upaya nyata penghematan energi salah satunya adalah dengan peningkatan efisiensi penggunaan energi listrik. Proses atau tindakan yang dibutuhkan saat ini bukan hanya mematikan alat yang tidak sedang terpakai. PLN membutuhkan sebuah program atau yang biasa disebut sebagai budaya hemat listrik. Artinya masyarakat harus mulai jeli pada peralatan listrik yang dipakai sehari-hari. Misal-nya dengan menggunakan peralatan hemat energi watt kecil. Efisiensi energi selain berpengaruh pada pengu-rangan konsumsi energi, juga berpengaruh pada pen-gurangan pengeluaran operasional penghuni. Efisensi energi sangat potensial dilakukan di negara berkem-bang, dan sangat dipengaruhi oleh faktor pasar dan kebijakan publik Bodach, 2010. Penelitian ini dil-akukan di Brazil, yang dianggap mewakili karakteris-tik negara-negara berkembang. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk selalu menjadikan hemat energi sebagai budaya di masyara-kat. Dengan hemat energi maka pengeluaran pemerintah dan masyarakat akan energi bisa diku-rangi, dan ini membuat energi dapat digunakan dalam waktu yang panjang dan efisien Biantoro, 2017. In-tensitas energi merupakan salah satu ukuran yang ser-ing digunakan untuk melihat tingkat efisiensi energi dalam suatu sektor. Semakin kecil nilai intensitas en-ergi maka akan semakin efisien energi yang digunakan oleh suatu sektor Berbagai upaya dari pemerintah maupun pihak terkait untuk memberikan himbauan dan pelajaran bagi masyarakat untuk menghemat energi listrik dan men-jadikan penggunaan energi listrik lebih efisien. Dian-taranya ialah dengan melakukan kampanye mengenai pentingnya hemat energi. Tujuan dari kampanye ter-sebut yaitu melakukan perubahan perilaku yang di-harapkan, seperti menerima perilaku baru, dan me-nolak perilkau yang tidak di inginkan. Menurut Mowen dan Minor 2002 bahwa isi pesan merupakan merupakan strategi yang digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan ke pemirsa. Pesan per-suasif inilah yang nantinya akan disalurkan ke target adopter melalui iklan layanan masyarakat, sosialisasi atau kampanye yang sering dilakukan oleh pemasar sosial. Dengan Kampanye hemat listrik diharapkan mampu memodifikasi kebiasaan untuk menjadi per-ilaku yang lebih baik dan meninggalkan perilaku lama yang buruk dalam penggunaan energi listik di rumah tangga. Bagaimana kampanye hemat energi yang telah dise-bar luaskan di masyarakat terutama pada sektor ru-mah tangga, mampu mengedukasi dan memberikan pemahaman terutama kepada ibu rumah tangga untuk menggunakan energi secara efisien. Hal tersebut penting untuk diteliti guna mengetahui bagaimana ibu rumah tangga terutama yang berkerja menunjukkan sikap efisiensi energi yang telah mengetahui kampa-nye hemat listrik. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kampanye Hemat Listrik Menurut Handayani 2010, Penghematan terhadap energi efisiensi energi bukan berarti mengurangi segala aktifitas terkait penggunaan energi yang berdampak pada pengurangan kualitas hidup, seperti kenyamanan dan produktifitas kerja. Melainkan melakukan penghematan energi dengan mengopti-malkan penggunaan energi sesuai dengan tingkat kebutuhan. Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 74 Efisiensi Energi Menurut Handayani 2010, efisiensi energy adalah penghematan pemakaian tenaga listrik. Penghematan terhadap energi efisiensi energi bukan berarti men-gurangi segala aktifitas terkait penggunaan energi yang berdampak pada pengurangan kualitas hidup, seperti kenyamanan dan produktifitas kerja. Melain-kan melakukan penghematan energi dengan men-goptimalkan penggunaan energi sesuai dengan ting-kat kebutuhan. 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Menurut Craswell 2013 penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya pent-ing, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spe-sifik dari para partisipan, menganalisa data secara in-duktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau or-ganisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, kompre-hensif dan holistik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode fenomenologi. Menurut Iskandar 2008 penelitian fenomenologi berorientasi untuk me-mahami, menggali dan menafsirkan arti dan peri-stiwa-peristiwa, dan hubungan dengan orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala sosial yang alamiah yang berdasarkan kenyataan lapangan empiris. Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteris-tik yang terdapat di dalam fenomena yang diteliti. Fe-nomena itu sendiri merupakan penyebab dil-akukannya penelitian fenomenologi, oleh karena itu tujuan dan fokus utama dari penelitian fenomenologi adalah pada fenomena yang menjadi obyek penelitian. Untuk itu segala sesuatu yang berkaitan dengan fenomena. Subjek Penelitian Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto 2007 subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Sugiyono 2014 mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif naturalistik sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional kuantitatif. Penentuan sampel tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Poerwandari 2008 juga mengatakan bahwa dengan fokus penelitian kualitatif pada kedalaman dan proses, maka penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Prosedur pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif pada umumnya mengikuti beberapa kaidah, antara lain a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah, maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian c. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada kecocokan konteks Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam. Berikut merupakan karakteristik dan jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian 1. Karakteristik Subjek Subjek penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang bekerja dan menggunakan energi listrik di rumah 2. Jumlah Subjek Penelitian Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah ber-jumlah lima orang sebagai subjek dan informan dari masing-masing subjek satu orang Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang di-peroleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Se-lanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono 2012 bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil ob-servasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan aau triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wa-wancara, dan dokumentasi. Observasi Observasi merupakan salah satu bentuk dari metode yang diartikan sebagai aktivitas atau kegiatan Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 75 mengamati perilaku individu atau objek penelitian yang direncanakan dan secara sistematis memilih tempat, prosedur dan pengukuran sebelum turun ke lapangan Arikutno, 2007. Dalam pengamatan ini peneliti mencatat, merekam, baik dengan cara ter-struktur maupun semi struktur aktivitas-aktivitas da-lam lokasi penelitian. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan tujuan mendapatkan data dan suatu masalah secara visual sehingga diperoleh pemahaman terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Manfaat dari metode observasi yang dilakukan adalah untuk menilai kebenaran data dari kemungkinan adanya penimpangan atau biasa yang terjadi. Wawancara Wawancara dapat dipandang sebagai metode Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu dengan tujuan adanya penjelasan atau pemahaman. Hasil wawancara merupakan suatu laporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungan dan terhadap dirinya sendiri Arikunto, 2007. Wa-wancara dapat dilakukan face to face interview dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan bertemu secara langsung, atau terlibat dalam focus group interview yang terdiri dari tiga sampai empat partisipan per kelompok. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian, dan informan. Metode wawancara yang dilakukan adalah bentuk wawancara langsung dengan cara peneliti bertatap muka langsung dengan subjek dan informan, dengan kategori wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstuktur merupakan wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh interviewer merupakan pertanyaan yang sifatnya aksidental sesuai dengan suasana ketika wawancara berlangsung, akan tetapi berpegangan pada pedoman dan arah wawancara yang telah di buat Moleong, 2012. Dokumentasi Arikunto 2007 menyatakan dibanding dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode doku-mentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam penelitian ini dilakukan dokumentasi berupa materi audio menggunakan voice recorder. Teknik Analisis Data Metode analisis data kualitatif memiliki beberapa prosedur yang baku. Langkah-langkah yang diambil dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hu-berman 2009 adalah sebagai berikut Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber antara lain buku-buku yang rel-evan, informasi dan keterangan berupa pendapat, tanggapan, serta pandangan yang diperoleh dari in-forman. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik wawancara. Data dikumpulkan oleh peneliti merupa-kan data-data yang dapat menunjang penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini adalah data ten-tang bagaimana persepsi remaja mengenai pendidi-kan seks. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan dan penyederhanaan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan di lapangan dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan ringkasan, mengkode untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian. Data yang telah disederhanakan dan dipilih kemudian disusun secara sistematis ke dalam suatu unit dengan sifatnya masing-masing data dengan menonjolkan hal-hal yang bersifat pokok dan penting. Unit-unit data yang telah terkumpul dipilah-pilah kembali dan dikelompokkan sesuai dengan kat-egori yang ada sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian. Penyajian Data Penyajian data adalah penyajian data ke dalam sejumlah matriks yang sesuai. Matriks-matriks pen-yajian data tersebut digunakan untuk memudahkan pengkonstruksian dalam rangka menentukan, me-nyimpulkan dan menginterpretasikan data. Selain itu juga berfungsi sebagai daftar yang bisa secara ringkas dan cepat menunjukkan cakupan data yang telah dik-umpulkan, bisa dianggap masih kurang atau belum lengkap, dapat segera dicari kembali datanya pada sumber yang relevan. Data yang sudah dikelompok-kan dan sudah disesuaikan dengan kode-kodenya, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan dan penelitian selanjutnya. Kesimpulan atau Verifikasi Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum harus diulang kembali dengan mencocokkan pada re-duksi data dan penyajian data, agar kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang benar. Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 76 Teknik Keabsahan Data Keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas kepercayaan penelitian kualitatif dapat tercapai. Yin 2014 mengajukan empat kriteria keabsahan data yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut Keabsahan Konstruk Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar- benar merupa-kan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses trian-gulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding ter-hadap data itu. Menurut Sugiyono 2017, terdapat tiga jenis triangu-lasi, yakni a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. c. Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wa-wancara di siang hari pada saat narasumber tidak sibuk dengan orang yang ingin berobat, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga kredibel. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan pen-gecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang hingga sampai ditemukan kapasitas datanya. Keabsahan Internal Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Ke-absahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dil-akukan uji keabsahan internal, tetap ada kemung-kinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda. Keabsahan Eksternal Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus ter-sebut memiliki konteks yang sama. Reliabilitas Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya me-meperoleh hasil yang sama apabila penelitian dil-akukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data. 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Wawancara Ketika melakukan wawancara dengan subyek penelitian, peneliti melakukan wawancara dan berinteraksi sesering mungkin dengan subyek untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai apa yang hendak diungkap dalam penelitian ini. Sebe-lum dilakukan wawancara peneliti melakukan pen-dekatan dengan subyek penelitian serta mencari secara acak subyek penelitian sesuai dengan karakter-istik subyek yang diperlukan. Dalam proses wawancara, subyek menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti dengan lancar tanpa adanya hambatan komunikasi. Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 77 Sikap Terhadap Kampanye Hemat Listrik Tabel 1. Hasil wawancara aspek dari variabel kampanye hemat listrik Menyadari pentingnya menghemat pemakaian listrik namun tidak men-gaplikasikannya dalam ke-hidupan sehari -hari. Berpikir bahwa orang lain lebih bo-ros terhadap pemakaian listrik Menyadari namun malas untuk melakukannya dan terkadang lupa. Mengetahui cara untuk menghemat listrik Kurangnya pemahaman terhadap penghematan listrik. Mengetahui cara ter-sebut namun mem-ilih untuk acuh ter-hadap lingkungan. Melaksanakan tindakan un-tuk menghemat listrik. Tidak perduli dengan penggunaan listrik anggota keluarga lain Sengaja tidak melakukan penghe-matan listrik karena adanya keyakinan. Efisiensi energi Tabel 2. Hasil wawancara aspek dari variabel efisiensi energi baik Proses de-sain terin-tegrasi Desain rumah me-nyebabkan penggunaan energi digunakan secara berlebihan Tidak memiliki ventilasi dan jen-dela yang me-madahi sehingga pencahayaan ku-rang baik Memiliki bangunan rumah yang terbuat dari kayu namun pada beberapa ru-angan tidak mem-iliki jendela Bangunan beton membuat suhu ru-angan menjadi lebih panas Letak bangunan yang kurang strate-gis karena tertutup oleh bangunan lain Pilihan ma-terial dan teknologi Pemilihan material, alat dan barang yang tidak efisien Penempatan ba-rang-barang yang kurang baik Menggunakan lampu dengan watt kecil Mengutamakan ba-rang elektronik bukan berdasarkan faktor kehema-tannya Cuaca mempengaruhi pemakaian energi listrik Menggunakan lampu saat siang hari dan pendingin ruangan meskipun hujan Tetap menyalakan pendingin ruangan meskipun cuaca se-dang dingin Operasional perawa-tan barang-barang ja-rang dilakukan Membiarkan tv maupun barang-ba-rang elektronik lainnya tetap menyala meskipun tidak digunakan Tidak dapat me-manfaatkan penggunaan jendela Menggunakan jendela untuk mendapat-kanudara segar dan pencahayaan Kesadaran dan kepedu-lian Memiliki kesadaran dan kepedulian ter-hadap efisiensi en-ergi namun tidak di-wujudkan dalam suatu perbuatan konkret Menyadari bahwa beban biaya listrik terlalu banyak Menunjukkan kepedulian hanya ketika meng-ingatnya. Namun la-bih banyak merasa malas Sadar bahwa telah melakukan pem-borosan dalam penggunaan listrik namun tidak melakukan apapun Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 78 Pembahasan Perilaku masyarakat dalam melakukan hemat energi listrik ditentukan oleh karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang ada pada masyara-kat. Kesadaran seseorang dalam proses berpikir akan membentuk pola berpikir yang positif, serta dapat bertanggung jawab akan keadaan lingkungannya yang dapat dilakukan dengan tindakan merawat, melindungi, menjaga, dan melestarikan alam. Kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang be-ragam dikarenakan karakteristik seseorang dan akses informasi yang didapat berbeda-beda. Perilaku juga di tentukan oleh norma personal seseorang dalam ke-hidupannya yang terbentuk karena kepribadian dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Terciptanya kesadaran, tanggungjawab, dan norma personal da-lam masyarakat dapat membentuk keinginan dari masyarakat untuk melakukan suatu tindakan yang positif yaitu untuk menghemat energi listrik. Penelitian ini mengangkat tema tentang kampanye hemat listrik terhadap efisiensi energi pada ibu rumah tangga yang bekerja pengertian mengenai kampanye hemat listrik adalah sebuah tindakan komunikasi kepada khalayak ramai yang bertujuan untuk mempengaruhi, mengajak, serta mendapatkan dukungan dalam upaya hemat energy listrik, sedangkan seruan atau ajakan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti media sosial, televise, Koran atau poster. Usaha kampanye itu sendiri bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok yang terorganisir. Sedangkan pengertian efisiensi energy adalah Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik. Penghematan terhadap energi bukan berarti mengurangi segala aktifitas terkait penggunaan energi yang berdampak pada pengurangan kualitas hidup, seperti kenyamanan dan produktifitas kerja. Melainkan melakukan penghematan energi dengan mengoptimalkan penggunaan energi sesuai dengan tingkat kebutuhan. Berikut ini pembahasan tentang factor-faktor yang mempengaruhi subyek dalam menggunakan energy listrik secara tidak efisien. 1. Subyek N Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek N, factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik yang tidak efisien pada subyek N yang pertama factor penda-patan, subyek mengatakan bahwa pada saat itu subyek tinggal di rumah dinas sehingga ia tidak merasa membayar listrik dan menggunakannya semau subyek, sedangkan dirumah yang saat ini subyek mengeluhkan biaya pembayaran listriknya, namun ia tidak merubah perilakunya untuk lebih hemat dan efisien. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pendapatan subyek yang mampu membayar biaya tagihan listrik meskipun mahal. Factor yang kedua adalah kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap peralatan elektronik yang dimiliki dan kesadaran untuk menjaga lingkungan, hal tersebut seperti yang dikatakan oleh subyek bahwa saat dirumah dinas AC selalu menyala bahkan sampai menetes-netes bocor dan subyek membiarkan hal tersebut terjadi selama subyek tinggal di rumah dinas. Subyek juga mengatakan bahwa ia mematikan peralatan listrik ketika ia mengingat untukberhemat, jika tidak maka peralatan tersebut dibiarkan menyala. Perilaku ter-sebut merupakan perilaku ketidakpedulian subyek terhadap lingkungan maupun peralatan elektronik. Subyek juga mengatakan bahwa desain rumahnya mempengaruhi karena pada rumah subyek bagian dapur tidak memiliki jendela hal tersebutlah yang menyebabkan subyek juga untuk terus menya-lakan lampu baik malam maupun siang hari. Tidak hanya desain rumah iklim juga mempengaruhi subyek terutama pada siang hari dan cuaca panas sehingga mempengaruhi untuk menyalakan semua peralatan seperti AC dan kipas angin. 2. Subyek S Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek S, factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik yang tidak efisien pada subyek S yang pertama factor penda-patan, dimana subyek S merupakan seorang wirausaha sehingga ia merasa tidak keberatan da-lam membayar tagihan listrik meskipun menurut ia biaya tagihan listriknya mahal. Selain factor pendapatan factor lain yang mempengaruhi perilaku tidak efisien pada subyek S adalah factor dalam diri dimana subyek sering lupa untuk mematikan peralatan listriknya, hal ter-sebut terjadi secara berulang-ulang sehingga men-jadi sebuah kebiasaan subyek dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat subyek mengingat untuk me-matikan listrik terkadang subyek merasa malas un-tuk mematikan, hal tersebut biasanya terjadi pada subyek ketika ia sedang berada diluar rumah, subyek juga mengatakan ia sering ketiduran di de-pan TV dalam keadaan TV menyala dan tidak ada yang mematikan sampai akhirnya subyek merasa biasa saja dengan hal tersebut. Peralatan elektronik lainnya yang di biarkan menyala adalah lampu kamar dan kipas ia menga-takan bahwa mematikannya pada saat ia ingin me-matikannya jika tidak alat tersebut dibiarkan menyala. Selain itu desain rumah subyek juga mempengaruhi dimana subyek memiliki rumah Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 79 dan memiliki jendela namun jendela tersebut tidak bisa dibuka. Subyek juga mengatakan bahwa iklim mempengaruhi pada saat mendung ia akan lebih sering menyalakan lampu dan pada saat musim panas ia akan lebih sering untuk menyalakan kipas. 3. Subyek I Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek I, factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik yang tidak efisien pada subyek I yang pertama factor demo-grafi, factor demografi merupakan factor yang meliputi jumlah anggota rumah tangga, usia kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, dan status perkawinan. Subyek menga-takan bahwa saat anggota keluarganya berkumpul maka penggunaan energy juga meningkat, selain banyaknya anggota keluarga usia juga mempengaruhi pemakaian sehingga pada saat berkumpul keluarga ia tidak dapat menghemat en-ergy listrik. Factor kedua adalah kurangnya kesadaran diri pada subyek, pada saat dilakukan wawancara subyek mengatakan bahwa ia sudah berhemat, na-mun pengeluaran biaya pembayaran listrik tetap sama dan tidak ada perubahan, hal ini dikarenakan perasaan subyek yang mengatakan bahwa ia telah berhemat namun perilakunya tetap sama dalam menggunakan listrik. 4. Subyek A Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek A, factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik yang tidak efisien pada subyek A yang pertama factor penda-patan, dimana subyek merasa tidak membayar tagihan listrik karena yang menanggung biaya ter-sebut adalah suaminya selain itu subyek menga-takan bahwa ia memiliki peralatan elektronik ya memang untuk digunakan, hal ini juga karena ku-rangnya rasa kepedulian terhadap alat elektronik yang dimiliki. Factor yang kedua adalah factor demografi dimana menurut subyek penggunaan energi listrik akan se-makin meningkat jika semakin banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Factor ketiga yaitu factor kepercayaan, dimana subyek percaya dengan orang pintar yang mengatakan bahwa mahluk-mahluk halus akan berdatangan ke-rumahnya jika rumah tersebut gelap. Karena adanya hal tersebut membuat subyek selalu menyalakan lampu baik malam maupun siang hari. Factor keempat yang pempengaruhi adalah factor bangunan lama dimana rumah subyek merupakan rumah panggung. Penuturan dari subyek tentang rumah yang ditinggali saat ini memiliki pelapon yang kurang tinggi. sehingga memang harus menyalakan lampu meski disiang hari Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dil-akukan pada keempat subyek dan keempat informan, peneliti menemukan bahwa mereka sudah melihat kampanye maupun iklan yang menghimbau untuk hemat energi listrik namun tidak merespon atau mem-perdulikan adanya himbauan tersebut sehingga mereka tetap menggunakan listrik secara tidak efisien, setelah diakukan wawancara mendalam, faktor yang menyebabkan mengapa ibu rumah tangga yang bekerja tidak menggunakan listrik secara efisien di sebabkan oleh beberapa factor berikut, dari keem-pat subyek yang memenuhi factor-faktor tersebut adalah 1. Faktor pendapatan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keempat subyek, subyek yang memenuhi factor pendapatan adalah subyek N, subyek S, dan subyek A. Mereka mengatakan bahwa tidak me-rasa terbebani dengan biaya pembayaran listrik selama ini, sehingga membuat mereka menjadi ke-biasaan dalam menggunakan energi secara boros atau tidak efisien. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan informan bahwa yang membayar untuk tagihan listrik adalah sang suami, mereka juga lebih sering mengunakan listrik semau mereka, demi mendapatkan kenyaman. 2. Faktor demografi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keempat subyek, subyek yang memenuhi factor demografi adalah subyek I dan A. mereka menyatakan bahwa yang mempengaruhi mereka dalam menggunakan energy listrik adalah factor demografi yang didalamnya mencakup jumlah anggota keluar, dan usia dari setiap anggota, ka-rena semakin dewasa semakin meningkat pemakaian energy listriknya, begitupun dengan jumlah anggota keluarga, semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak juga pemakaiannya. 3. Faktor kepercayaan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keempat subyek, subyek yang memenuhi factor kepercayaan adalah subyek A, ia menga-takan bahwa pemakaian listrik yang tidak efisien pada dirinya karena adanya faktor kepercayaan. Subyek mengatakan bahwa jika rumah gelap bisa saja mengundang mahluk halus, sehingga untuk menghindari hal tersebut ia lebih sering menya-lakan lampu dari pada mematikan lampu. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan sang suami bahwa lampu yang ada dirumahnya Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 80 memang tidak pernah di matikan karena adanya hal-hal yang primitive, sehingga keluar subyek percaya dan tetap menyalakan lampu di siang hari. 4. Faktor internal Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keempat subyek, subyek yang memenuhi factor internal atau factor dalam diri adalah subyek N, subyek S dan subyek I, mereka mengatakan bahwa penggunaan energy yang kurang efisien disebabkan juga oleh factor internal, seperti factor malas dan kebiasaan menurut penuturan dari subyek S ia sering tidak efisien karena lupa se-hingga ia malas untuk kemabali dan mematikan lampu tersebut. Adanya perilaku tersebut mem-bentuk perilaku dari subyek S menjadi kebiasaan tidak mematikan peralatan listriknya. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek I menyatakan bahwa ia merasa su-dah berhemat dari pada penggunaan ibu rumah tangga yang lain, hal tersebut juga membuat subyek biasa saja terhadap energy yang digunakan. 5. Kurangnya kesadaran dan kepedulian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keempat subyek subyek yang memenuhi factor Kurangnya rasa kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan adalah subyek N, subyek S dan subyek I, hal tersebut seperti yang dikatakan oleh subyek N bahwa ia tidak merasa membayar listrik pada saat dirumah dinas sehingga sering menggunakan listrik secara berlebihan seperti pemakaian AC yang tidak pernah mati dalam 24 jam setiap harinya walau pun ia tidak berada diru-mah atau pun sedang bekerja. Sedangkan subyek S ia tidak merasa membayar tagihan listrik karena untuk pembayaran listrik suaminya yang menanggung, begitupun dengan subyek I dimana ia merasa telah berhemat, namun perilaku yang ditunjukan selama ini tetap sama, dan pembayaran tagihan listrik pun sama. Dari penjelasan diatas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan energy listrik pada ibu rumah tangga yang bekerja, maka dapat disimpulkan bahwa adanya faktor pendapatan, faktor demografi, faktor kepercayaan, faktor bangunan tradisional, faktor internal yang meliputi faktor malas dan kebia-saan. Serta yang terakhir adalah faktor kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan, sehingga mempengaruhi dalam pemakaian energy listrik secara tidak efisien. 5 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian melalui analisis kualitatif yang telah dilakukan pada ibu ru-mah tangga yang bekerja dengan judul kampanye hemat listrik terhadap efisiensi energi di rumah tangga, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut 1. Dari hasil analisis tersebut kebanyakan ibu rumah tangga sudah melihat kampanye maupun iklan yang menghimbau untuk hemat energi listrik na-mun tidak merespon atau tidak memperdulikan adanya himbauan tersebut sehingga mereka tetap menggunakan listrik secara tidak efisien. Hal ter-sebut dikarenakan kurang efektifnya kampanye atau tayangan iklan sehingga tidak dapat mempengaruhi ibu rumah tangga dalam menggunakan energy listrik. 2. Peneliti telah melakukan wawancara yang men-dalam terhadap subyek, dan setelah di analisis maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan listrik secara tidak efisien adalah adanya faktor pendapatan, faktor demografi, faktor kepercayaan, faktor bangunan tradisional, faktor internal yang meliputi faktor malas dan kebiasaan. Serta yang terakhir adalah factor kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan, sehingga mempengaruhi dalam pemakaian energi listrik secara tidak efisien. Saran Berdasarkan dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah 1. Bagi ibu rumah tangga Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Ibu rumah tangga banyak yang menggunakan energi listrik secara tidak efisien oleh karena itu disaran kan untuk mulai menggunakan energi dengan hemat dan menanamkan perilaku efisiensi energi sebagai upaya peduli terhadap lingkungan sekitar. 2. Bagi peneliti Bagi penelitian selanjutnya peneliti dapat mengembangkan penelitian ini dengan menam-bahkan jumlah variable yang lebih banyak dan menambahkan faktor lain yang dapat mempengaruhi penggunaan energi baik pada ibu rumah tangga maupun anggota keluarga lainnya. Serta memperluas penelitian baik disektor rumah tangga, pemerintahan maupun disektor industri. Psikostudia Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, hlm. 71-81 81 6 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pen-dekatan Praktek Edisi Revisi VI hal 134, Rineka Apta, Jakarta Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pen-dekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta Ja-karta Ardiansyah, Azwar. 2013. Kampanye Hemat Energi Listrik Melalui PT. PLN Distribusi Jawa Timur Karya Desain grafis Di Kota Surabaya. Jurnal visual Art. 1125-30 Azwar, S. 2011. Metode Peneletian. Pustaka Pelajar Yogyakarta Bhattacharjee, S. & Reichard, G. 2011. Socio-Eco-nomic Factors Affecting Individual Household Energy Consumption A Systematic Review. Proceeding soft the ASME 2011 5th International Conference on Energy Sustainability, Washing-ton, DC, USA. The American Society of Mechan-ical Engineers ASME 7-10 Bodach, Susanne, J. Hamhaber. 2010. Energy Effi-ciency in Social Housing Opportunities and Bar-riers. Journal A Case Study in Brazil, Energy Policy. 38127898-7910 Creswell W. Jhon. 2013. Research Design Pendeka-tan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar Yogyakarta Elkan, W. 1988. Alternatives to Fuelwood in Afri-can Towns. Journal World Development, 164, 527–533. Handayani, Efisiensi Energi dalam Rancang Bangunan. Jurnal Spektrum Imami Nur Rachmawati. 2007. Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif Wawancara. Jurnal keperawatan Indonesia. 11135-40 Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif. GP Press Jakarta Kotler P. 2010. Marketing Dian Wulandari, Pen-erjemah. Erlangga Jakarta Kotler, Philip and Lee Nancy. 2008. Social Market-ing; Influencing Behaviors for Good, Third Edi-tion. California Sage Publications, Inc. Kementerian ESDM. 2008. The Study on Energy Conservation and Efficiency Improvement in the Republic of Indonesia. Join with JICA –MEMR Republic of Indonesia McQuail, Denis. 1989, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta Milles, Matthew B. & A Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif. UI-Perss Jakarta Misnawati, Indah Tri. 2013. Strategi Komunikasi Pada Kampanye Perlindungan Orangutan oleh LSM Centre for Orangutan Protection COP di Samarinda, Kalimantan Timur. Journal lmu Komunikasi. 14135-149. Mowen, John C, and Minor Michael. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1, Edisi Kelima. Penerbit Er-langga Jakarta Nazera. Muhammad, dan Hefrizal Handraa. 2016. Analisis Konsumsi Energi Rumah Tangga Perkotaan di Indonesia Periode Tahun 2008 dan 2011. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indo-nesia. 162141-153. Nuradi. 1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Perusahaan Listrik Negara Persero. Buku Statistik PLN 2013. Dapat diakses di http//www. Poerwandari, K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. JakartaPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prianto, E. 2016. Audit Energi Pada Rumah Tinggal Ber Arsitektur Konvensional dan Modern. Jurnal PPKM. II 121-135 Prianto, E, 2007. Rumah Tropis Hemat Energi Ben-tuk Keperdulian Global Warming. Jurnal RIPTEK. 111-10. Rogers, E. M., & Storey J. D. 1987. Communication Campaign. Dalam C. R. Berger & Chaffe Eds., Handbook of Communication Science, New Burry Park; Sage. Ruslan, Rosady. 1997. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. PT. Rajagrafindo Persada Ja-karta Sovacool, Dhakal, S., Gippner, O., dan Bam-bawale, 2011, Halting Hydro A Review of The Social-Technical Barriers to Hydroelectric Power Plants in Nepal, Energy. 36.363468-3476 Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi Mixed Methods. Alfabeta Bandung Walker, W. 1985. Information Technology and the Use of Energy. Journal Energy Policy. 135458–476. Yin, Robert K., 2014, Studi Kasus Desain & Metode, Rajawali Pers, Jakarta. ... Rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang tinggi mampu untuk membayar biaya tagihan listrik dalam rumah tangga meskipun mahal biaya yang dikeluarkannya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya tingkat pendapatan rumah tangga maka akan semakin tinggi intensitas penggunaan energi listriknya yang dicerminkan dengan mahalnya biaya listrik yang dikeluarkan Fitriani et al., 2019. Fitriani et al., 2019. ...... Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya tingkat pendapatan rumah tangga maka akan semakin tinggi intensitas penggunaan energi listriknya yang dicerminkan dengan mahalnya biaya listrik yang dikeluarkan Fitriani et al., 2019. Fitriani et al., 2019. ...... Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa pada awalnya variabel usia KRT berpengaruh negatif dan signifikan, namun setelah dilakukannya transformasi kuadratik pada variabel usia KRT yang bertujuan untuk menyamakan nilai parameternya, maka variabel usia KRT menjadi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap intensitas penggunaan energi listrik sektor rumah tangga perkotaan di Sumatera Barat. Hasil temuan pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fitriani et al., 2019 yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia KRT maka akan semakin meningkat penggunaan energi listriknya. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin lamanya waktu yang dihabiskan dalam berkegiatan didalam rumah sehingga intensitas penggunaan energi listrik dalam rumah tangga meningkat. ...Sabri Sabri Joan MartaSelli NelondaThis study analyzes the socio-economic effect on the efficiency of electrical energy use in the urban household sector in West Sumatra Urban Area Case Study in 2020. The results of this study explain that the variables of per capita expenditure, education, employment status, age, and communication technology have a positive effect on the intensity of electrical energy use. While the variable of building ownership status is the only variable that has a negative effect on the intensity of electricity use in the urban household sector in West Sumatra. The decrease in the intensity of the use of electrical energy in the urban household sector in West Sumatra reflects the condition of efficiency in the use of electrical energy. On the other hand, the increase in the intensity of use of electrical energy in the urban household sector in West Sumatra reflects conditions in the efficient use of electrical energy.... The existence of electrical energy in people's lives is an important factor that supports the rapid development of life today Fitriani et al., 2019. Based on World Bank data, in 2014, the average Indonesian population used 800 kWh of electrical energy per year IEA Statistics, 2014. ...... Higher than the Philippines, Cambodia and Myanmar. The use of electricity that is not wise will certainly have an impact on Step of the Research, which will also have an impact on the depletion of energy supplies Fitriani et al., 2019;Sakah, 2019. ...Fachri HidayahFitriyyatul Muslihah Indri NuraidaMuhammad AzizThe used of electricity from year to year is increasing. One of the alternative to power plants with abundant availability is wood waste. The aims of this study is to 1 design a wood waste PLTU prototype as an alternative biomass-based energy resource and an effort to reduce wood waste, 2 describe the calorific value, the resulting electrical voltage, and the duration of the lamp flame generated from wood waste fuel. Teak Tectona grandis, surian wood waste Toona sureni, and a mixture of both. This descriptive research includes 3 stages, which is analysis, design, and testing. Through this research, a prototype of a wood waste steam power plant was successfully designed by utilizing biomass waste fuel. The results showed that the calorific value, the resulting electrical voltage, and the resistance time of the lamp varied in the wood samples used. This indicates that the wood samples used have the potential to be used as an alternative to biomass-based energy resources.... Energi listrik sulit untuk mengalami pembaruan karena semakin terbatasnya jumlah bahan bakar fosil . Sehingga setiap masyarakat diharapkan bijak dalam penggunaan listrik Permatasari et al, 2018. Listrik yang dialirkan pada setiap rumah terdiri dari sebuah sambungan jaringan listrik hingga ke atap rumah konsumen melalui tiang listrik. ...I Ketut MahardikaSinggih BaktiarsoRoifatul MasrurohSri HandayaniDalam kehidupan modern, listrik menjadi salah satu kebutuhan yang utama untuk menunjang aktivitas manusia setiap harinya. Namun dalam penggunaannya, sering kali terjadi pemborosan akibat pemasangan lampu yang memiliki daya listrik yang tinggi. Semakin besar daya yang dibutuhkan oleh lampu untuk menyala maka energi listrik yang dihasilkan juga semakin besar sehingga hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan dalam tagihan listrik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode eksperimen secara kuantitatif yang datanya bersumber dari data primer atau data yang didapat dalam penelitian secara langsung. Hasil dari penelitian ini yaitu penggunaan Elco pada lampu led mampu menurunkan daya listrik pada sebuah lampu dengan tegangan yang sama. Ukuran kapasitor juga mempengaruhi presentase penurunan daya pada lampu led. Semakin besar kapasitornya maka daya yang dihasilkan semakin kecil. Kesimpulannya elco mampu mengurangi daya listrik pada sebuah lampu led pada tegangan 400 volt meskipun nyala lampu yang dihasilkan pada ketiga kapasitor berbeda.... Energi listrik merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menunjang aktivitas ekonomi, pendidikan dan sosial dalam kehidupan masyarakat Fitriani et al., 2019;Putri & Sari, 2014. Aktivitas manusia dalam segala aspek hampir seluruhnya selalu didukung oleh peralatan elektronik. ...Khusniyati MasykurohDara FatmilatunPerilaku hemat energi perlu ditanamkan pada anak usia dini, namun media pembelajaran terkait materi tersebut masih terbatas. Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan media pembelajaran berupa video animasi yang dapat menanamkan perilaku hemat energi listrik pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media video animasi hemat energi listrik pada anak usia dini agar anak usia dini paham mengenai pentingnya perilaku hemat energi listrik. Studi ini menggunakan Penelitian dan Pengembangan atau biasa disebut R&D dengan model ADDIE. Validitas media pembelajaran video animasi diuji serta dinilai oleh ahli materi, ahli media, guru dan orangtua kelas A TK Tahfidz YAMABI Buaran. Hasil presentase dari ahli materi mendapatkan skor 92% dengan kategori “sangat valid”, presentase dari ahli media dengan skor 94% dengan kategori “sangat valid”,. Selanjutnya hasil uji coba media video animasi dari guru TK Tahfidz YAMABI mendapat skor sebesar 94% dengan kategori “sangat valid”, kemudian penilaian dari 12 orang tua siswa memperoleh presentase skor sebesar 93% dengan kategori “sangat valid”. Berdasarkan hasil uji validasi dan uji kelayakan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video animasi tentang hemat energi listrik dapat dikategorikan “sangat valid” dan layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak usia dini.... Mengendalikan penggunaan energi penting diperhatikan, dan dilakukan secara kontinyu untuk keberlangsungan pemanfaatan energi secara merata. Energi yang utama digunakan oleh masyarakat umum terutama rumah tangga salah satunya listrik, untuk kebutuhan sehari-hari, menyalakan peralatan listrik dan mengoptimalkan kebutuhan, Fitriani et al., 2019 energi listrik digunakan untuk mempermudah aktivitas dalam rumah tangga sehari-hari seperti mencuci, menyetrika, memasak, menonton, dan lain sebagainya. Yuliani, Febri, 2014 juga menyatakan masih ada kendala dalam persepsi publik dan kurangnya sosialisasi penghematan energi. ... Johni Paul Karolus PasaribuThe purpose of this research is to measure people's purchasing power in the use of electrical energy with household involvement and economy. The research method using clusters and using a questionnaire as a medium to collect information, the sample used is 100 households. The results of the study show that only purchasing power in the price is significant in the household economy, prices and income are significant in the involvement, significant involvement in the household economy. Indirectly only prices and income in purchasing power are significant to the household economy through the involvement of management and use of electrical energy. Imami RachmawatiAbstrakAda beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan adalah wawancara. Artikel ini menggambarkan wawancara sebagai metode pengumpulan data termasuk jenis wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara, dan prosedur melakukan wawancara. Tujuan penulisan artikel ini adalah memperkenalkan metode wawancara kepada pembaca agar dapat menentukan metode wawancara sesuai dengan metodologi penelitian dan melakukannya dengan benar. AbstractThere are several data collecting methods in the qualitative research, most common used namely interview. This article describes interview as a collecting data method including the various form of interviewing, the type of questions, interviewing duration, and a series of steps in interviewing procedures. The aim of this article is introduce interview methods to the readers in order to obtain method appropriately to the metodology of the research and conducting this method paper investigates the energy efficiency in a segment of the building sector in emerging countries by analyzing and evaluating the energy efficiency of a social housing project in Brazil. Energy efficiency measures and bioclimatic design strategies are developed in order to improve thermal comfort in this social housing project and to reduce the energy consumption and expenses of their residents. The institutional barriers and constraints toward higher efficiency are described. The results of this study show that there is a high potential to increase energy efficiency in social housing in emerging countries like Brazil. The implementation and consideration of the energy efficiency measures and policy recommendations would contribute substantially to the goal to dampen the fast growth of energy demand in these countries. Moreover the improvement of energy efficiency in the social housing sector could be a driver for market transformation towards more sustainability in the whole building Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI hal 134S ArikuntoArikunto, S., 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI hal 134, Rineka Apta, JakartaProsedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi RevisiS ArikuntoArikunto, S. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta JakartaKampanye Hemat Energi Listrik Melalui PT. PLN Distribusi Jawa Timur Karya Desain grafis Di Kota SurabayaAzwar ArdiansyahArdiansyah, Azwar. 2013. Kampanye Hemat Energi Listrik Melalui PT. PLN Distribusi Jawa Timur Karya Desain grafis Di Kota Surabaya. Jurnal visual Art. 1125-30Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar Yogyakarta ElkanW CreswellJhonCreswell W. Jhon. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar Yogyakarta Elkan, W. 1988. Alternatives to Fuelwood in African Towns. Journal World Development, 164, Energi dalam Rancang BangunanTeti HandayaniHandayani, Efisiensi Energi dalam Rancang Bangunan. Jurnal Spektrum Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan KualitatifIskandarIskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif. GP Press JakartaThe Study on Energy Conservation and Efficiency Improvement in the Republic of IndonesiaP KotlerKotler P. 2010. Marketing Dian Wulandari, Penerjemah. Erlangga Jakarta Kotler, Philip and Lee Nancy. 2008. Social Marketing; Influencing Behaviors for Good, Third Edition. California Sage Publications, Inc. Kementerian ESDM. 2008. The Study on Energy Conservation and Efficiency Improvement in the Republic of Indonesia. Join with JICA -MEMR Republic of Indonesia

hemat secara berlebihan dapat menjadikan orang